Menlu Rusia: Moskow mengutuk pernyataan pejabat Israel yang menyebut warga Palestina sebagai “binatang”​​​​​​​

Menlu Rusia: Moskow mengutuk pernyataan pejabat Israel yang menyebut warga Palestina sebagai “binatang”​​​​​​​
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov

“Semua kontak ini berasumsi bahwa orang-orang dewasa akan sepakat tentang bagaimana warga Palestina akan terus hidup, dan kemudian menyampaikannya kepada mereka,” kata Menteri Luar Negeri Rusia

ISTANBULRusia pada Kamis (18/1) mengatakan bahwa perundingan yang melibatkan AS, Israel dan negara-negara Arab tanpa Palestina tidak akan menyelesaikan perang Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, yang telah menewaskan hampir 24.700 korban.

“Semua kontak ini tidak menyiratkan dialog langsung antara warga Palestina dan Israel, namun berasumsi bahwa orang-orang dewasa akan sepakat tentang bagaimana warga Palestina akan terus hidup, dan kemudian menyampaikannya kepada mereka. Ini tidak akan berhasil,” kata Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov pada konferensi pers di Moskow di mana ia merangkum hasil diplomasi Moskow pada tahun 2023.

Lavrov mengatakan komentar Presiden AS Joe Biden dan negara-negara Eropa mengenai perlunya bergerak maju dalam pembentukan negara Palestina menunjukkan bahwa mereka memahami sangat sulit untuk menenangkan situasi tanpa melakukan hal tersebut.

“Tetapi memulai sebuah gerakan saja tidak cukup. Kita perlu berkumpul dan berkreasi, kita perlu membawa Palestina dan Israel ke meja perundingan,” katanya, seperti dikuitp Anadolu  Agency.

Dia juga mengatakan bahwa tidak mungkin bagi AS untuk “berbisik dan bernegosiasi dengan seseorang, mencoba untuk memutuskan bagi rakyat Palestina seperti apa Palestina nantinya.”

“Orang-orang Palestina sendiri yang harus memutuskan. Dan apa yang dilakukan AS saat ini, mencoba menuliskan segalanya untuk mereka (Palestina) dan memberikan kemudahan bagi mereka (AS), adalah wujud dari praktik neokolonial yang sama,” tambahnya.

Menyatakan bahwa Rusia mengutuk serangan terhadap warga sipil dan peserta festival di Israel pada awal bentrokan baru-baru ini, Lavrov menggarisbawahi bahwa Moskow juga mengutuk pernyataan pejabat Israel yang menyebut warga Palestina sebagai “binatang.”​​​​​​​

Israel telah menggempur Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas, pada 7 Oktober, yang menurut Tel Aviv menewaskan hampir 1.200 orang.

Setidaknya 24.448 warga Palestina di Jalur Gaza telah tewas dalam respons Israel, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan 61.504 orang terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Menurut PBB, sekitar 85% warga Gaza telah mengungsi akibat serangan gencar Israel, sementara semuanya mengalami kerawanan pangan. Ratusan ribu orang hidup tanpa tempat berlindung, dan ⁠kurang dari setengah truk bantuan yang memasuki wilayah tersebut dibandingkan sebelum konflik dimulai.

Alasan AS untuk menyerang Yaman tampak menyedihkan

Beralih ke Yaman, Lavrov mengatakan alasan Washington untuk melakukan serangan terhadap kelompok Houthi terlihat “menyedihkan,” ketika ia mencatat intervensi yang dipimpin NATO pada tahun 2011 yang menggulingkan rezim Muammar Gaddafi di Libya.

“Kekacauan yang sama (di Libya) juga terjadi pada apa yang sedang dilakukan terhadap Yaman. Hal ini sangat jelas bagi semua orang. Dan pernyataan-pernyataan yang bersifat ekslusif yang datang dari Washington – menurut saya, pernyataan-pernyataan tersebut terlihat sangat menyedihkan,” kata Lavrov.

Menlu mengomentari pernyataan timpalannya dari AS, Antony Blinken, di Forum Ekonomi Dunia di Davos, yang mengatakan ia mendengar dari setiap negara, seperti kawasan Timur Tengah, bahwa mereka ingin AS hadir.

“Berapa banyak yang mereka inginkan sulit bagi saya untuk menilai, saya harus bertanya kepada mereka, tetapi satu negara, bernama Irak, membuat keputusan beberapa tahun yang lalu, yang berbunyi: ‘Tuan-tuan Amerika yang terhormat, terima kasih banyak, Anda tetap bersama kami di sini. , pangkalan militer Anda ada di sini – mari kita selesaikan ini dan kami akan membawa Anda pulang.’ Namun Amerika tidak mau pergi,” kata Lavrov.

Dia lebih lanjut menyerukan penghentian agresi terhadap Yaman karena “semakin banyak yang dibom oleh Amerika dan Inggris, semakin sedikit keinginan Houthi untuk berunding.”

Lavrov juga menyatakan harapannya bahwa ketegangan yang terjadi baru-baru ini antara Iran dan Pakistan tidak akan mempersulit upaya diplomatik terkait Afghanistan.​​​​​​​

Editor: Reyna

Last Day Views: 26,55 K