Oleh: Ahmad Cholis Hamzah
Ada peribahasa jawa yang mengatakan demikian: “Klemben-klemben. roti, roti Mbyiyen, mbiyen. saiki, saiki”. Artinya: Dulu ya dulu, sekarang ya sekarang. Klemben itu merupakan jajanan khas Banyuwangi, Jawa Timur yang banyak dicari saat hari raya Idul Fitri. Kelemben merupakan bolu kering rasa manis dan gurih, biasanya disuguhkan kepada tamu disaat hari raya Idul Fitri.
Peribahasa Jawa itu berkaitan dengan suatu kondisi yang terjadi masa dulu yang tentu bisa berbeda dengan kondisi sekarang. Misalkan dulu dua orang itu bersahabat kental, sepertinya tidak bisa saling dipisahkan, ujug-ujug sekarang dalam waktu singkat persahabatan itu retak dan bubar.
Hal itu terjadi antara antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan miliarder Elon Musk telah mengalami pasang surut selama bertahun-tahun. Tapi semuanya runtuh pada hari Kamis tanggal 5 Juni 2025 setelah berbulan-bulan dari apa yang tampaknya menjadi aliansi yang tak tergoyahkan di Gedung Putih. Konflik pribadi keduanya muncul karena ketidaksepakatan atas rencana undag-undang tagihan pajak besar-besaran yang digagasTrump telah meningkat selama beberapa hari terakhir, Elon Musk bahkan menyarankan bahwa presiden AS harus dimakzulkan. Perseteruan diantara keduanya ini menjadi breaking news di media Amerika Serikat.
Dalam serangkaian posting media sosial, Musk melancarkan serangan pribadi terhadap Trump, yang berpuncak pada klaim, yang dibuat tanpa bukti, bahwa Trump ada di “file Epstein”. Dokumen-dokumen itu berkaitan dengan mendiang pelaku kejahatan seksual Jeffrey Epstein dan termasuk catatan perjalanan dan daftar tamu yang terkait dengannya dan rekan-rekannya. Bagian dari file Epstein tetap rahasia, memicu rasa ingin tahu dan teori konspirasi tentang siapa yang mungkin disebutkan. Jeffrey Epstein ditangkap dan dipenjara atas tuduhan “menawarkan” wanita dibawah umur kepada para pejabat terkemuka seperti mantan Presiden AS Bill Clinton, adik raja Inggris Pangeran Andrew dan tentunya Trump. Jeffrey Epstein mati bunuh diri pada tanggal 10 Agustus 2019 di penjara New York.
Jadi bagaimana persahabatan antara Musk dan Trump bisa runtuh? Dan apa yang mungkin terjadi selanjutnya bagi dua pria yang sering digambarkan sebagai yang terkaya di dunia dan yang paling kuat di dunia, masing-masing?
Seperti diketahui beberapa bulan sebelum perang kata-kata antara Musk dan Trump meletus, keduanya tampak seperti kekuatan politik yang tidak dapat dipisahkan.
Musk telah menghabiskan hampir $ 200 juta untuk memilih Trump untuk masa jabatan kedua pada tahun 2024. Beberapa hari setelah pemilihannya yang sukses, Trump menanggapi dengan menunjuk Musk untuk memimpin lembaga pemotongan pemerintah yang baru dibuat, yang disebut Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE).
Pada minggu-minggu awal masa jabatan kedua Trump, Musk menjadi salah satu tokoh paling menonjol dalam pemerintahan. Di bawah kepemimpinannya, DOGE memecat ribuan karyawan federal dan membubarkan berbagai lembaga, termasuk Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID). Musk tampak begitu kuat sehingga beberapa Demokrat mulai menyebutnya sebagai “Presiden Elon”. Keduanya didepan awak media sering saling memuji.
Musk, yang berasal dari Afrika Selatan, mulai menganut pandangan sayap kanan selama beberapa tahun terakhir dan tumbuh secara vokal kritis terhadap Demokrat dan progresif.
Pandangan itu menjadi lebih menonjol setelah dia membeli platform media sosial Twitter, sekarang X, pada tahun 2022. Saat dia mulai miring ke kanan, dia menggunakan platform untuk menghancurkan migrasi tidak teratur dan upaya yang dia yakini bertujuan untuk mengawasi kebebasan berbicara, terutama yang berkaitan dengan politik identitas dan pandemi COVID-19. Bahkan selama penataan ulang politik Musk, dia dan Trump saling bertukar kritik keras. Misalnya, pada Juli 2022, Musk memposting bahwa Trump menjadi “terlalu tua untuk menjadi kepala eksekutif apa pun”, apalagi kepresidenan.
Pernyataan kalise dalam politik adalah bahwa tidak ada musuh permanen atau sekutu permanen, hanya ada kepentingan permanen. Itu tampaknya terjadi pada Trump, yang memiliki sejarah memecat penasihat dan menolak mantan teman.
Pada bulan April 2025, Musk mengumumkan bahwa dia akan menghabiskan lebih sedikit waktu di DOGE. Pada saat itu, perannya tampaknya berkurang, dengan miliarder itu tidak lagi mendominasi berita utama atau secara teratur muncul di Kantor Oval di Gedung Putih.
Akhir Mei 2025, Musk mengkritik proposal pajak dan anggaran yang didukung Gedung Putih, yang dikenal sebagai the One Big Beautiful Bill Act. “Saya, seperti, kecewa melihat tagihan pengeluaran besar-besaran, terus terang, yang meningkatkan defisit anggaran, bukan menguranginya, dan merusak pekerjaan yang dilakukan tim DOGE,” kata Musk kepada program TV CBS Sunday Morning. RUU tersebut memotong subsidi kendaraan listrik (EV) yang meningkatkan perusahaan mobil Tesla milik Musk. Tetapi Musk mempertahankan penentangannya terhadap RUU tersebut terletak pada kenaikan utang nasional dan ketentuan bizantiumnya: RUU tersebut mencapai lebih dari 1.000 halaman.
Elon Musk menyebutkan RUU itu merupakan suatu ” kekejian yang menjijikkan,” tulis nya di akun X.
Presiden AS membalas pada hari Kamis, dimulai dengan penampilan di Kantor Oval bersama Kanselir Jerman Friedrich Merz. “Saya sangat kecewa karena Elon tahu cara kerja RUU ini lebih baik daripada hampir semua orang yang duduk di sini,” kata Trump. “Dia tidak punya masalah dengan itu. Tiba-tiba, dia punya masalah.”
Elon Musk lalu – ngundat-ngundat (= bahasa Jawa membicarakan kebaikannya pada orang lain): “Tanpa saya, Trump akan kalah dalam pemilihan Presiden, Demokrat akan mengendalikan DPR dan Partai Republik akan menjadi 51-49 di Senat,” tulis Musk.
Trump telah memperingatkan risiko yang dihadapi bisnis Musk, termasuk perusahaan roket SpaceX dan perusahaan komunikasi Starlink. “Cara termudah untuk menghemat uang dalam Anggaran kami, Miliaran dan Miliaran Dolar, adalah dengan mengakhiri Subsidi dan Kontrak Pemerintah Elon,” tulis Trump.
Perseteruan pribadi kedua orang terkemuka di Amerika Serikat itu menunjukkan bahwa dalam politik berlaku peribahasa Jawa tadi “Klemben-klemben, roti-roti”.
EDITOR: REYNA
Related Posts
Pratanda Berupa Kejadian Langka
Pemakzulan Gibran, Ijazah Palsu, dan Kasus Korupsi Lumpuhkan Jokowi
Jepang mengusulkan kerja sama pada elemen tanah jarang dalam pembicaraan tarif AS
Refleksi Atas Sepakbola, Nasionalisme dan Luka Kita
Pemerintah Perlu Memikirkan Jutaan Orang Kota Yang Tinggal Di Kontrakan Sempit
Idul Adha 1446 H di Tebingtinggi Disemarakkan Pawai Takbir Hingga Pemotongan Hewan Qurban
Refleksi Idul Adha 2025: Sabar, Ikhlas, dan Kemanusiaan yang Teruji Zaman
Raja Ampat Yang Kaya Akan Hayati Terbesar Di Dunia Itu Ada Tambang Nikel
Poligami Kepala DLH Kota Malang Menabrak Hukum
Mahasiswa S3 Bertanya
No Responses