Refleksi Akhir Tahun 2023, Pendidikan: Etika dan Moral

Refleksi Akhir Tahun 2023, Pendidikan: Etika dan Moral
Gedung Sekolah Pendidikan Guru (Kweekschool) untuk pribumi di Djogja.

 

 

 

 

 

 

 

Yoyon Suryono
Profesor Emeritus Guru Nanjung Desa

 

Masih soal refleksi akhir tahun 2023 di bidang pendidikan. Beda tema dengan yang pertama tapi masih berkait yaitu tentang etika dan moral.

Tema etika dan moral selalu aktual dan viral bila dikaitkan dengan perbuatan manusia yang berperilaku negatif, merugikan banyak orang, terlebih berkait dengan urus mengurus bangsa dan negara.

Etika itu sesuatu yang bernilai dalam mengatur hidup manusia. Etika itu bersisi dua sisi: yang positif dan yang negatif. Etika sebagai fondasi dalam mendidik manusia tentu berkait dengan etika yang baik. Bukan yang buruk. Bagian kecil dari etika itu adalah budi pekerti dan sopan santun atau akhlak dalam terma agama. Maka orang dalam hidup dan kehidupannya harus beretika yang baik. Bukan bangga dengan perbuatan buruk niretika untuk segala urusan, terlibih di ranah politik yang menghalalkan segala cara demi kepuasan kepentingan pribadi yang berbungkus kepentingan keluarga, bangsa dan negara.

Sebagai norma atau sistem nilai yang berinduk filsafat, etika tentu banyak diketahui orang sebagai pengetahuan. Tetapi beda halnya di sisi afeksi dan perbuatan, etika akan sirna terkalahkan oleh syahwat berkuasa bila moralitas diabaikan. Dan ini pangkal masalah bangsa.

Moral tidak kalah penting. Moral itu kebiasaan yang tumbuh menjadi karakter Menjadi manusia berintegritas. Ciri sangat mudah orang berkarakter atau berintegtitas itu adalah “selarasnya antara perkataan dan perbuatan”. Tidak berbohong, ingkar janji, selalu jujur, dan berbudi baik, berbudi pekerti, jauh dari rasa sombong apalagi takabur. Dan yang lebih utama tidak mendahului kuasa Tuhan, Allah SWT. Etika dan moral itu bukan lembaga survey. Tapi lembaga normatif buah fikir manusia yang mengatur perilaku dan dan perbuatan manusia.

Menumbuhkan etika dan moral menjadi tanggung jawab bersama. Dasar-dasar moral harus dimulai dalam keluarga. Sekolah dan pendidikan formal lainnya bertugas meneruskan, memelihara, dan menginternalisasi ke dalam diri anak didiknya. Pun masyarakat harus memperkuat etika dan moral masyarakat. Pemimpin idealnya memberi contoh dan menjadi teladan. Tidak mempertontonkan kemerosotan moral dengan penuh arogansi.

Tugas mendasar pendidikan itu (tidak sebatas pembelajaran) adalah menanamkan etika dan moralitas itu. Bukankah ini bagian dari kebijakan pendidikan di era merdeka belajar saat ini: literat numerasi, literat data, dan literat kemanusiaan atau budaya yang esensinya adalah etika dan moral itu?

Permasalahannya adalah sudahkah pendidikan berhasil dalam perkara etika dan moral ini? Di keluarga sejatinya sudah unggul. Di sekolah tentu sudah berjalan baik meski masih dipertanyakan efektivitasnya karena tercium munculnya kasus-kasus etika dan moral walau tidak boleh digeneralisasi. Di masyarakat dan di media sosial, di dunia maya, bisa jadi masih penuh dengan maraknya perkara aktualisasi etika dan moral yang tidak lurus. Di sinilah perlu keselarasan antara upaya membangun etika dan moral di keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat yang kuat. Meski tantangan berat yang dihadapi adalah inkonsistensi pemahaman etika dan laku atau perbuatan yang berkarakter kuat berintegritas, dan tidak ingin menang sendiri dengan mengedepankan etika dan moral yang negatif.

Perilaku pendidik, tokoh masyarakat, tokoh agama, politisi, dan penguasa hendaknya menjadi rujukan, orientasi, dan teladan dalam menguatkan etika dan moralitas indivudu, masyarakat, bangsa dan negara agar tidak jauh terperosok ke dalam jurang kesengsaraan. Di bagian inilah tugas pendidikan (baca: pembelajaran) dipertaruhkan agar, salah satunya Indeks Kejujuran menjadi Naik. Moga-moga Tuhan yang Mahaesa melindungi kita.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K