Sesat Pikir Lukman Hakim Soal Bima Arya, Rosulullah Pernah Marah Pada Muslim Yang Bermaksiat

Sesat Pikir Lukman Hakim Soal Bima Arya, Rosulullah Pernah Marah Pada Muslim Yang Bermaksiat
Ahmad Khozinudin, SH, Advokat

Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

Anggota DPR Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Luqman Hakim turut berkomentar terkait sidang lanjutan perkara Habib Rizieq Shihab. Saat Habib Rizieq marah kepada Wali Kota Bogor Bima Arya ketika menjadi saksi di persidangan, Habib Rizieq dianggap tak pantas marah kepada Bima Arya yang bukan hanya Muslim tetapi juga berkedudukan sebagai Ulil Amri, padahal Nabi tidak mengajarkan marah terhadap sesama muslim.

“Marah2 kepada sesama muslim, apalagi muslim yg menjadi ulil amri, tidak pernah dicontohkan Nabi,” tulis Luqman Hakim pada Rabu, 14 April 2021 seperti dikutip Pikiranrakyat-Depok.com dari akun Twitter @LuqmanBeeNKRI.

Kata-kata ini seolah-olah bijak dan Islami, padahal mengandung kesesatan baik dari sisi dalil maupun penalaran hakekat fakta yang menyebabkan kemarahan. Coba perhatikan hal-hal sebagai berikut :

Pertama, Rasulullah bukan tidak pernah marah. Rasulullah pernah marah, bahkan bukan hanya kepada Muslim melainkan kepada Sahabat yang mendapat predikat diridloi Allah SWT.

Sahabat yang dimarahi oleh Rasulullah Saw bukan sembarang sahabat, tetapi sahabat yang paling dicintai. Dialah Usamah Bin Zaid, Putra dari Zaid Bin Haritsah.

Diriwayatkan bahwa orang-orang Quraisy pernah digemparkan oleh kasus seorang wanita dari Bani Mahzum yang mencuri di masa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tepatnya ketika masa perang Al Fath.

Lalu mereka berkata:

“Siapa yang bisa berbicara dengan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam? Siapa yang lebih berani selain Usamah bin Zaid, orang yang dicintai Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam?”. Maka Usamah bin Zaid pun menyampaikan kasus tersebut kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, hingga berubahlah warna wajah Rasulullah (karena marah).

Lalu beliau bersabda:

“Apakah kamu hendak memberi syafa’ah (pertolongan) terhadap seseorang dari hukum Allah?”.

Usamah berkata:

“Mohonkan aku ampunan wahai Rasulullah”.

Kemudian sore harinya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berdiri seraya berkhutbah. Beliau memuji Allah dengan pujian yang layak bagi-Nya, kemudian bersabda:

“Amma ba’du. Sesungguhnya sebab hancurnya umat sebelum kalian adalah bahwa mereka itu jika ada pencuri dari kalangan orang terhormat, mereka biarkan. Dan jika ada pencuri dari kalangan orang lemah, mereka tegakkan hukum pidana.”

“Adapun aku, demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, jika Fatimah bintu Muhammad mencuri maka akan aku potong tangannya”. Lalu Rasulullah memerintahkan wanita yang mencuri tersebut untuk dipotong tangannya. (HR Bukhari dan Muslim).

Hadits tersebut menggambarkan Rasulullah Saw marah kepada Sahabat Usamah Bin Zaid, bukan karena status Muslimnya tetapi karena adanya maksiat. Dalam Islam, kemaksiatan harus dibenci dan marah pada perilaku maksiat adalah bagian dari akhlak Islam. Sebaliknya, ridlo dan mencintai kemaksiatan adalah akhlak yang tercela dalam Islam.

Dikesempatan yang lain, Rasulullah Saw pernah marah kepada Sahabat Abidzar Al-Ghifari yang berlaku rasis kepada Sahabat Bilal Bin Rabah. Abidzar lantas bersujud dihadapan Bilal dan tidak akan mengangkat kepalanya, kecuali Bilal telah memaafkan. Bilal memaafkan dan mereka akhirnya saling berpelukan diiringi tangis kebahagiaan dipersaudarakan dengan akidah Islam.

Rasulullah Saw marah kepada Abidzar bukan karena status Muslimnya, tetapi karena maksiat. Yakni, ketika pemikiran jahiliah menghinggapi Abidzar yang menyebabkan dirinya mencela Bilal bin Rabah.

Siapapun tidak akan memungkiri Abidzar Al-Ghifari dan Usamah Bin Zaid adalah Muslim. Bahkan, mereka adalah sahabat Nabi Saw. Tetapi riwayat diatas menunjukkan, Rasulullah Saw pernah marah kepada keduanya disebakan maksiat yang dilakukan.

Kedua, kesesatan berfikir Luqman Hakim adalah menyimpulkan marahnya Habib Rizieq Shihab Kepada Bima Arya karena status Muslimnya. Padahal, bukan karena status Muslimnya, tetapi karena kezaliman yang dilakukan oleh Bima Arya. Karena Laporan dan kedustaan Bima Arya Habib Rizieq Syihab dipersoalkan secara hukum dan dipenjara.

Kezaliman adalah maksiat, dalam konteks tersebut adalah sangat wajar dan diperbolehkan orang marah terhadap pelaku maksiat. Habib Rizieq berhak marah karena Bima Arya berlaku zalim, apalagi menzalimi dirinya.

Andaikan Luqman Hakim diperlukan seperti Habib Rizieq, sudah pasti dia akan marah-marah sampai ke ubun-ubun. Bahkan, menggeruduk Bima Arya dengan pasukan lorengnya.

Ketiga, sesat fikir Luqman Hakim yang mengklasifikasi Bima Arya sebagai Ulil Amri. Bima bukan Ulil Amri bagi umat Islam, karena tidak menerapkan syariat Islam. Bima Arya hanyalah Walikota, hanya Kepala Daerah.

Jika benar Bima Ulil Amri, semestinya turut melindungi saudaranya sesama muslim. Bukan malah mencari-cari kesalahan dan melaporkannya ke kepolisian.

Jadi sekali lagi, jangan tertipu dengan ujaran sok bijak dan terkesan Islami. Padahal, itu menyesatkan, mengandung adu domba dan pecah belah umat Islam. [].

Last Day Views: 26,55 K

3 Responses

  1. หญ้าเทียมNovember 28, 2024 at 2:19 am

    … [Trackback]

    […] Here you can find 22909 more Info on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/sesat-pikir-lukman-hakim-soal-bima-arya-rosulullah-pernah-marah-pada-muslim-yang-bermaksiat/ […]

  2. cam coinsDecember 5, 2024 at 7:57 pm

    … [Trackback]

    […] Find More to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/sesat-pikir-lukman-hakim-soal-bima-arya-rosulullah-pernah-marah-pada-muslim-yang-bermaksiat/ […]

  3. best offersFebruary 5, 2025 at 12:43 pm

    … [Trackback]

    […] There you will find 6558 additional Info on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/sesat-pikir-lukman-hakim-soal-bima-arya-rosulullah-pernah-marah-pada-muslim-yang-bermaksiat/ […]

Leave a Reply