PEKANBARU — Pembatalan kunjungan dua pimpinan Pertamina ke rumah duka korban kecelakaan kerja di rig AU-17, Duri Field, memicu sorotan publik.
Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman menilai langkah itu mengirimkan sinyal buruk mengenai empati dan akuntabilitas manajemen terhadap keselamatan pekerja di Wilayah Kerja (WK) Rokan.
Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Awang Lazuardi, dan Direktur Utama PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), Ruby Mulyawan, sebelumnya dijadwalkan mendatangi keluarga derrickman PT Arthindo Utama yang tewas dalam insiden kerja pada Senin, 24 November 2025.
Namun, dari informasi yang diperoleh Yusri Usman, rencana itu batal dengan alasan situasi dinilai kurang kondusif.
“Kami mengecam sikap Awang Lazuardi dan Ruby Mulyawan yang tiba-tiba membatalkan kunjungan ke rumah korban kecelakaan di Duri Field dengan alasan tidak kondusif,” ujar Direktur Eksekutif CERI, Yusri Usman, kepada Riau Satu, Kamis, 27 November 2025.
Menurut Yusri, kunjungan dua pucuk pimpinan itu memiliki makna moral bagi keluarga korban dan komunitas pekerja migas di WK Rokan.
Namun, pembatalan mendadak justru dinilai menimbulkan kesan kontra-produktif di tengah suasana duka.
“Kalau akhirnya tidak datang, lalu untuk apa berada di Duri?” kata Yusri.
Sebelum pembatalan kunjungan, dua direktur utama Pertamina sempat turun langsung meninjau lokasi kejadian dan memimpin kegiatan Safety Stand Down di area operasi.
Kecelakaan maut
Kecelakaan kerja terjadi pada Senin siang, 24 November 2026, sekitar pukul 11.00 WIB di rig AU-17, HO-Duri, Kabupaten Bengkalis.
Seorang derrickman dari PT Arthindo Utama meninggal dunia, sementara dua pekerja lainnya mengalami patah tulang pinggang dan masih menjalani perawatan medis.
Informasi awal mengenai kecelakaan tersebut sempat beredar luas melalui grup WhatsApp pekerja “Dunia Rig Berduka” sebelum kemudian dikonfirmasi sejumlah sumber lapangan.
Penyebab insiden hingga kini masih dalam proses penyelidikan internal.
Corporate Secretary PHR, Eviyanti Rofraida, membenarkan adanya insiden tersebut. Ia menyampaikan duka cita mendalam atas meninggalnya pekerja dari perusahaan mitra.
PHR juga menghentikan sementara aktivitas operasi di rig AU-17 untuk memastikan keamanan pegawai dan kontraktor . “Keselamatan pekerja merupakan prioritas utama dalam aktivitas operasional PHR,” ujarnya.
Pentingnya Budaya Keselamatan
Insiden di rig AU-17 kembali mengingatkan pentingnya penerapan disiplin keselamatan kerja (safety compliance) di sektor migas, yang termasuk industri dengan tingkat risiko kecelakaan tertinggi di Indonesia.
Organisasi pekerja dan pemerhati energi menilai kecelakaan fatal di lapangan migas harus ditindaklanjuti secara transparan dan tuntas.
CERI meminta investigasi kecelakaan tidak berhenti pada laporan internal perusahaan.
“Keluarga korban dan publik berhak mengetahui penyebab kecelakaan, bukan sekadar menerima ucapan duka,” ujar Yusri.
Ke depan, CERI berharap manajemen Pertamina memberi perhatian lebih serius terhadap budaya keselamatan, termasuk memastikan pekerja mitra memperoleh perlindungan yang setara dengan pekerja organik.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Sistem MinerbaOne Kementrian ESDM Sering Error, CERI Dorong Kejaksaan Agung dan KPK Menyelidiki

Sri Radjasa: Ketika Akar Kita Mulai Lepas dari Tanahnya

Makna Pernyataan Hotman Paris: Dari Kasus Ira Puspadewi ke Potensi Rehabilitasi Karen Agustiawan

Bandara Morowali dan Banditisme

Kasus Bandara IMIP Morowali Dalam Perspektif Geopolitik Dr. Anton Permana

Faizal Assegaf: “Tutup Semua Pintu Mediasi, Jalur Pengadilan Harus Ditempuh Roy CS”

Dua Wajah, Satu Ijazah: Laporan Analisa Morfologi dan Jejak Forensik Wajah Jokowi Pada Album Alumni Vs Wajah Jokowi Sebagai Presiden

Diduga Rekayasa Warisan dan Sertifikat Manipulasi Data di Desa Mojokambang Jombang Terancam Dilaporkan ke Polres dan Polda Jatim

PH dokter Tifa bilang tidak etis minta rekening Roy cs dibuka, Faizal Assegaf: Itu fitnah keji

Menteri Pertahanan Tinjau Bandara IMIP Morowali: Tidak Boleh Ada Republik Didalam Republik



No Responses