Melawan Krisis Kualitas Lingkungan dari Tangan Mungil di Hari Menanam Pohon Indonesia

Melawan Krisis Kualitas Lingkungan dari Tangan Mungil di Hari Menanam Pohon Indonesia
TK Siti Maryam

CURUG, DEPOK – Di tengah pesatnya urbanisasi dan keterbatasan lahan hijau di kawasan Jabodetabek, TK Siti Maryam di Kelurahan Curug, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, memilih jalur edukasi yang proaktif. Sekolah ini menanamkan kesadaran lingkungan bukan dengan teori semata, melainkan melalui tindakan nyata dan tangan-tangan mungil anak didiknya.

Saat peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) tiba, Jumat (28/11/2025), halaman TK Siti Maryam diramaikan tawa riang. Puluhan anak didik, didampingi oleh guru-guru mereka, melakukan penanaman bibit-bibit pohon di lahan yang tersedia. Aksi sederhana ini menjadi manifestasi lokal dari komitmen nasional yang besar.

Deforestasi dan Krisis RTH

Perlu diketahui, peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia yang menjadi dasar kegiatan ini ditetapkan setiap 28 November melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2008. Penetapan ini lahir dari desakan untuk mengatasi tingginya laju deforestasi nasional yang mencapai ratusan ribu hektare per tahun di periode sebelumnya.

Meskipun secara nasional laju deforestasi netto Indonesia telah berhasil diturunkan menjadi sekitar 104 ribu hektare per tahun (data KLHK, 2021) —sebuah pencapaian iklim yang dilaporkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)—tekanan terhadap tutupan hijau di Pulau Jawa, khususnya kawasan padat penduduk, tetap masif.

Kondisi ini diperparah oleh krisis Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kota-kota metropolitan. Kawasan Jabodetabek, yang notabene adalah satu kesatuan ekosistem dengan kepadatan penduduk tertinggi di Indonesia, secara kolektif berjuang keras. Merujuk pada data RTRW dan dinas terkait di kawasan ini, realisasi RTH Publik sebagian besar kota-kota intinya berada di kisaran kritis 6% hingga 12% dari target ideal 20%.

Kota Depok, misalnya, dengan jumlah penduduk mencapai sekitar 2,2 juta jiwa, menghadapi tantangan berat karena RTH Publiknya pada tahun 2023 baru mencapai sekitar 10%, jauh dari target tersebut. Krisis RTH yang dialami Depok ini merefleksikan kesulitan serupa yang dialami kota-kota penyangga lainnya.

Alih Fungsi Lahan Jabar

Ancaman terhadap tutupan pohon di Jawa Barat terwujud dalam tingginya angka alih fungsi lahan. Fakta laju deforestasi di provinsi ini masih berkisar antara 5.000 hingga 7.000 hektare per tahun, sebuah angka yang sering dirilis dari studi akademis atau pemantauan LSM lingkungan dan DLH Provinsi Jawa Barat. Angka ini didorong oleh tekanan populasi dan konversi lahan yang tak terelakkan, terutama untuk perumahan dan infrastruktur.

Oleh karena itu, di tengah masifnya alih fungsi lahan yang mengancam tutupan pohon regional, setiap sentimeter persegi lahan hijau yang tersisa di perkotaan menjadi sangat berharga dan memerlukan komitmen konservasi yang jauh lebih besar.

Kurikulum Hidup Sekolah

Filosofi cinta lingkungan di TK Siti Maryam diwujudkan dalam rutinitas harian yang berkelanjutan. Bagi mereka, menanam pohon di hari peringatan hanyalah langkah awal. Anak-anak diajak aktif dalam kegiatan aquaponik, sebuah sistem di mana air kotor dari kolam ikan lele—yang sarat nutrisi—disaring menjadi pupuk alami yang menyuburkan sayuran yang ditanam di atasnya.

Selain proyek aquaponik, anak-anak juga diajarkan mengolah limbah dapur menjadi eco-enzyme, mengajarkan konsep zero waste dari kulit buah dan limbah sayuran. Sementara rutinitas menyiram tanaman harian pun menjadi cara konsisten menanamkan rasa tanggung jawab dan disiplin pada lingkungan.

Kepala Sekolah TK Siti Maryam, H. Sigit Subiyanto, SE., menjelaskan bahwa pendekatan praktis ini menyasar usia emas anak-anak, “Kami tidak hanya mengajarkan anak-anak hal-hal kognitif, membaca, dan berhitung, tetapi kami berusaha menanamkan bahwa bumi ini adalah rumah bersama. Kesadaran lingkungan bukan hanya tentang hafalan, tapi tindakan nyata.”

“Di usia emas ini, kami tanamkan bahwa menyiram dan merawat tanaman adalah tanggung jawab, bukan sekadar tugas. Ini adalah investasi moral untuk masa depan hijau kota Depok,” ujarnya lebih lanjut.

Penguatan di Rumah

Dampak positif program ini meluas hingga ke rumah. Hasanah Susanti, salah seorang orang tua siswa, menyatakan kegembiraannya melihat perubahan positif pada perilaku anaknya.

“Saya sangat senang melihat anak saya pulang membawa cerita tentang pohon yang ia tanam sendiri dan betapa pentingnya air kolam lele itu. Kegiatan seperti aquaponik dan eco-enzyme membuat belajar jadi menyenangkan dan praktis,” tuturnya.

“Anak jadi lebih peduli pada lingkungan di sekitar rumah juga. Kami merasa senang melihat kepedulian tersebut tumbuh sejak dini,” pungkas Hasanah Susanti.

Lewat tangan-tangan kecil para pahlawan hijau ini, aksi di TK Siti Maryam menjadi pengingat bahwa komitmen yang diperingati setiap 28 November sebagai Hari Menanam Pohon Indonesia harus menjadi budaya yang berkelanjutan. Tindakan sederhana ini diharapkan dapat memastikan masa depan lingkungan hidup yang lebih baik.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K