JAKARTA — Ketua Umum Generasi Cinta Negeri (Gentari), Habib Umar Alhamid, menilai momentum 212 masih memiliki arti strategis bagi persatuan nasional dan citra Indonesia di mata dunia. Ia menyebut Aksi Bela Islam 212 merupakan bukti kekuatan moral bangsa yang hingga kini tetap relevan, terutama setelah langkah internasional Presiden Prabowo Subianto dalam isu Palestina.
Menurut Habib Umar, dunia kembali memberi perhatian besar kepada Indonesia setelah Presiden Prabowo mengusung tema “Merdekakan Gaza Menjadi Negara Palestina.” Ia menilai sikap tersebut menunjukkan posisi Indonesia sebagai negara Muslim terbesar yang berani menyuarakan keadilan global.
“212 adalah bukti bahwa bangsa Indonesia memiliki kekuatan moral yang diperhatikan dunia,” kata Habib Umar, dalam keterangan yang diterima media.
“Bapak Presiden tampil di berbagai forum internasional bagaikan harimau yang mengaum dan siap menerkam ketidakadilan.”
212 Dinilai Bertransformasi Jadi Simbol Negara
Habib Umar menyebut Aksi 212 kini bukan lagi sekadar ekspresi kemarahan umat, tetapi telah menjadi simbol bahwa negara hadir membela kebenaran. Menurutnya, kehadiran pemerintah dan presiden diperlukan untuk mempertegas nilai tersebut.
“Aksi Bela Islam hari ini bukan hanya energi umat, tetapi simbol bahwa negara berdiri bersama kebenaran,” ujarnya.
“212 adalah penghormatan bangsa terhadap Presiden Prabowo sebagai suara umat dan penolak penindasan.”
Ia menegaskan kembali bahwa lahirnya 212 pada 2016 merupakan respons terhadap gelombang kemarahan akibat penghinaan terhadap ayat suci Al-Qur’an. Namun aksi itu tetap berlangsung damai dan dinilainya sebagai contoh kedewasaan masyarakat.
Soroti Palestina dan Ironi Sejarah
Habib Umar juga menyinggung ironi sejarah hubungan Palestina dan Yahudi.
“Dulu Palestina memberi perlindungan kepada kaum Yahudi yang diburu Nazi, tetapi hari ini dunia melihat mereka yang pernah tertindas justru menganiaya,” tegasnya.
“Inilah air susu yang dibalas air tuba.”
Ia menilai sikap Indonesia terhadap Palestina selaras dengan nilai-nilai kemanusiaan dan antarbangsa yang sejak lama menjadi bagian dari politik luar negeri Indonesia.
Ajakan Persatuan dan Reuni 212
Habib Umar menyerukan agar 212 kembali dijadikan momentum pemersatu bangsa, bukan pemicu polarisasi. Ia meminta seluruh elemen, termasuk pemerintah, ulama, dan masyarakat, menjaga suasana damai di tengah dinamika nasional.
“Mari hentikan pertikaian. Kita bangsa bermartabat yang harus menciptakan kedamaian,” katanya.
Selain itu, ia secara khusus mendorong Presiden Prabowo Subianto untuk hadir dalam Reuni 212 mendatang di Monas. Kehadiran kepala negara dinilai penting untuk mempertegas posisi Indonesia sebagai pembela nilai keadilan global dan aspirasi umat.
“Seyogyanya Bapak Presiden dan aparatur negara hadir di momentum akbar ini,” ujar Habib Umar.
“Saya mengajak seluruh anak bangsa, tokoh nasional, ulama, dan elemen 212 untuk kembali bersatu. Reuni 212 bukan nostalgia, tetapi ikhtiar mempersatukan umat dan bangsa.”
Habib Umar menegaskan bahwa 212 tetap menjadi simbol kekuatan moral bangsa yang dapat memperkuat posisi Indonesia dalam isu-isu global, terutama Palestina. Ia meminta seluruh pihak menjaga persatuan, menjadikan 212 sebagai ruang damai, dan menghadirkannya sebagai momentum kebangsaan yang konstruktif.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Wakil Ketua Komisi IX DPR Yahya Zaini Minta Kemenkes Cegah Penyakit Dampak Banjir Aceh-Sumut-Sumbar

Kejahatan Dan Penipuan Mantan Presiden Jokowi

Melawan Krisis Kualitas Lingkungan dari Tangan Mungil di Hari Menanam Pohon Indonesia

Ketika Jati Diri Bangsa Diretas dari Dalam

Transformasi Kebudayaan: Wujud Kecerdasan Estetika Membangun Surabaya yang Beradab

Investigasi: Mengapa Yusri Usman Menyebut Riza Chalid “Susah Tersentuh”

Morowali, Tanah Yang Tak Lagi Merdeka

Wanita Pengusaha Nganjuk Dan Rekannya Tewas Dibunuh Di Kamar Kos

Tuhan Mengirim Air Untuk Membuka Aib Kita

Rehabilitasi Ira ASDP dkk, Hotman Paris Puji Pesiden: Bravo, Hebat, Excellent, Akan banyak Kasus Seperti Itu!



No Responses