Ahmad Cholis Hamzah: Penggunaan AI Dalam Politik

Ahmad Cholis Hamzah: Penggunaan AI Dalam Politik
Ilustrasi



Oleh: Ahmad Cholis Hamzah

Ahmad Cholis Hamzah

Saya pernah melihat video dimanaketiga calon presiden 2024 menunjukkan kebolehannya berpidato dalam bahasa Arab. Tentu video itu tujuannya untuk memberikan informasi bagi yang melihat bahwa satu capres pandai pidato dalam bahasa Arab yang lainnya tidak pandai. Ketika saya share ke sahabat yang mengelola sebuah media, langsung diamengatakan: “itu kerjaan AI pak”.

AI atau Artificial Intelligent atau Kecerdasaan buatan adalah inovasi teknologi yang menyediakan program komputer kemampuan untuk berpikir dan belajar sendiri. Ini adalah simulasi kecerdasan manusia (karenanya, buatan) kedalam mesin untuk melakukan hal-hal yang biasanya kita andalkan pada manusia. AI digunakan dalam berbagai pekerjaan seperti memudahkan kerja manusia, membantu manusia mengerjakan hal-hal yang berat dan juga menganalisa data dengan cepat dsb, dan saat ini mulai banyak digunakan di bidang politik.

Amerika Serikat yang akan menyelenggarakan pilpres tahun 2024 ini juga menggunakan AI dalam berbagai kegiatan kampanye calon presiden. Sebagai negara maju tentu Amerika Serikat banyak warganya yang memiliki keahlian untuk menciptakan AI dan digunakan diberbagai bidang kegiatan misalnya bisnis, ekonomi, perdagangan, hiburan, militer dsb.

Negeri kita Indonesia ini pun tidak kalah dalam hal banyaknya warganya terutama anak-anak muda, generasi Z, generasi milenial yang menguasai teknologi AI ini dan mulai banyak yang menggunakan di kegiatan politik terutama pilpres2024. Dengan teknologi AI ini mereka bisa merubah wajah capres yang disenangi dengan wajah yang lebih ganteng, gagah, berwibawa, penuh kharisma. Poster atau baliho para capres ini juga sudah dirancang menggunakan AI.

Sekarang mau tidak mau calon pemimpin harus menggunakan AI untuk merampingkan administrasi dan mengotomatiskan kegiatan rutin. Itu akan memungkinkan mereka untuk meluangkan waktu untuk fokus pada keterampilan manusia seperti komunikasi yang efektif, membangun hubungan dengan orang-orang mereka dan memotivasi tim mereka. Pendeknya AI mampu mendefinisikan kembali cara kita bekerja, hidup, dan berkomunikasi.

Calon pemimpin juga dapat bekerja berdasarkan informasi di dunia di mana data berlimpah dan kompleks; AI membantu para pemimpin menguraikan lanskap data yang kompleks, mengekstraksi wawasan berharga, dan menawarkan petajalan yang jelas untuk masa depan. Kejelasan ini memberdayakan para pemimpin untuk membuat keputusan yang cepat dan akurat selama situasi yang sensitif terhadap waktu. AI juga memungkinkan para pemimpin untuk mengeksplorasi opsi strategis dan mendeteksi potensi risiko, menawarkan pandangan lengkap tentang medan bisnis.

Alat AI yang dapat mendeteksi dan menyelesaikan konflik tim berkontribusi untuk menciptakan lingkungan kerja yang harmonis dan efisien. Kemampuan AI untuk menafsirkan emosi dalam ucapan, ekspresi wajah, dan bahasa tubuhmemberi para pemimpin umpan balik waktu nyata, memungkinkan mereka merespons secara lebih efektif, sehingga meningkatkan pengambilan keputusan dan resolusi konflik. Dengan menggunakan algoritme AI canggih, platform ini dapat menganalisis kinerja, kekuatan, dan kelemahan pemimpin, mengidentifikasi kesenjangan, dan merekomendasikan sumber belajar yang ditargetkan untuk membantu mereka mencapai kesuksesan yang lebih besar. Dan dengan kekuatan untuk terus menyesuaikan jalur pembelajaran berdasarkan kemajuan, para pemimpin dapat menikmati pengalaman belajar yang efisien dan efektif.

Namun perlu disadari bahwa AI tidak memiliki etika dan moral. Etika dan moralitas adalah fitur manusia penting yang bisa sulit untuk dimasukkan ke dalam AI. Kemajuan pesat AI telah menimbulkan sejumlah kekhawatiran bahwa suatu hari, AI akan tumbuh tak terkendali, dan akhirnya memusnahkan umat manusia. Momen ini disebut sebagai singularitas AI. Para politisi yang nakal bisa menggunakan AI dalam menyebarkan berita palsu, tayangan pidato musuh politiknya yang diubah dengan tampilan negatif, dan hal ini sangat bahaya karena masyarakat awam akan mudah terprovokasi dengan adanya penyebaran yang bernuansa negatif itu. Di Amerika Serikat saat ini beredar video atau film yang digarap menggunakan AI untuk mendiskreditkan mantan presiden Trump, misalnya video dimana Trump ditangkap dan masuk penjara, Trump memegang bendara Pelangi lambang kaum Gay, Trump main basket dsb. Saking canggihnya masyarakat tidak mengetahui apakah video itu asli atau palsu. Bagi yang mengerti AI, maka dia bisa melihat salah satu foto Trump main basket itu palsu karena Trump tidak pernah main basket.

Perlu juga disadari bahwa kita harus memahami bahwa AI tidak akan menggantikan pemimpin, setidaknya, tidak dalam waktu dekat. Indonesia perlu mengikuti langkah-langkah negara maju yang mulai merancang undang-undang atau perturan tentang penyalahgunaan AI di masyarakat.

Editor : Reyna

Artikel sama dimuat di Optika.id




http://www.zonasatunews.com/wp-content/uploads/2017/11/aka-printing-iklan-2.jpg></a>
</div>
<p><!--CusAds0--><!--CusAds0--></p>
<div style=