Gawaaat, Impot Minyak Untuk BBM kita Lebih Besar Dari Produksinya, Siapa Tanggung Jawab

Gawaaat, Impot Minyak Untuk BBM kita Lebih Besar Dari Produksinya, Siapa Tanggung Jawab
Ilustrasi Kilang Minyak Cilacap



MEDAN – Direktur eksekutif CERI, Yusri Usman, mengatakan bila Pemeritahan Prabowo – Gibran hasil putusan Makamah Konstitusi pada Hari Senin 22 April 2024 telah final dan mengikat sebagai Capres dan Cawapres pada 20 Oktober 2024 akan menerima warisan Import minyak sekitar 1 juta barel perhari dari Pemerintah Joko Widodo dan H Mahruf Amin.

Dari sejumlah media massa diperoleh informasi bila Indonesia masih mengimpor minyak dengan jumlah yang sangat besar. Bahkan minyak yang diimpor lebih besar daripada produksi dalam negeri, ini sangat mengkuatir katahanan energi nasional.

“Kita produksi Nasional hanya 586 (ribu barel per hari). Kalau yang kita impor 840 (ribu barel per hari) kata Menteri ESDM. Jadi defisit tinggi,” kata Yusri Usman mengutip perkataan Menteri ESDM Arifin Tasrif hari Selasa (23/4/2024) di Medan.

Terkait hal tersebut, Yusri mempertanyakan bagaimana Program 1 Juta Barel Per Hari Produksi yang merupakan janji yang sering diucapkan oleh Menteri ESDM, Arifin Tasrif dan Kepala SKK Migas, Dwi Sucipto dan dikutip banyak media “Yang pasti Pertamina kedepan akan import 1 juta barel/hari untuk kebutuhan dalam negeri, termasuk Kilang TPPI itu lebih pasti, jangan publik mengatakan hanya angin sorga” kata Yusri .

Mereka berdua harus tanggungjawab atas penugasan Pemerintah, soal bentuk bagaimana implementasinya tergantung Pemerintah dan hal ini Presiden Jokowi, ini harus tuntas tak bisa dibiarkan berlarut larut .

Dikatakan, diakibatkan produksi minyak mentah Indonesia turun terus sejak 2004 sebagai negara importir minyak tahun 2023 produksi minyak Nasional Hanya 568 barel/ hari. Itu ada bagian KKKS di luar bagian negara dan Pertamina, tidak semua produksi minyak nasional kita itu bisa di supply ke Kilang Pertamina atas dasar jenis dan lokasinya.

“Lalu akibat situasi geopolitik khususnya Timur Tengah yang lagi bergejolak akan menyebakkan harga minyak mentah akan naik, berkisar 100 USD perbarel. Nilai tukar rupiah ke USD katanya Rp 16.300 per Dolar,” terangnya.

Dijelaskan, dari info terakhir, produksi nasional hanya 586 ribu bbl per hari dan tidak semua bisa masuk kilang Pertamina. Kapasitas Kilang Pertamina 1 juta barel perhari, apakah maksmimal ? silahkah tanya Pertamina.

Dikatakan, sumber BBM yang dekat yaitu Singapure, selebihnya sedikit dari Malaysia dan banyak dari Timur Tengah. “Sementara kalau crude yang cocok dari Afrika atau Nigeria. Fixed sour crude dari Saudi Aramco ke Kilang Cilacap.

“Kalaupun RDMP, Balikpapan jadi import minyak mentah akan naik sesuai kapasitas kilang, karena kelemahan kita di Hulu dibawah tanggung SKKMigas, lantaran produksi nasional turun terus,” tegasnya.

Diakui, komponen utama harga BBM yang dijadikan patokan Pertamina adalah harga beli minyak dan nilai tukar rupiah terhadap USD, sesuai Peraturan Presiden nomor 191 tahun 2014 tentang Penyedian, Pedistribusian dan Harga jual Eceran BBM yg ditanda tangani oleh Presiden Joko Widodo, sudah dirubah kedua yaitu Perpres nomor 69 Tahun 2021.

“Akibatnya harga BBM akan melambung sehingga jauh dari kemampuan rata-rata rakyat apabila tidak mendapat subsidi Pemerintah. Pertanyaan apakah pemerintah mampu untuk mensubsidinya, dari mana sumber uangnya?” tanyanya.

Selain itu, Pertamina saat ini akan lebih boros beli USD untuk bayar kebutuha importir minyak akan ikut menyumbang pelemahan nila tukar yang sudah terpuruk bagi Indonesia saat ini. (CR/YU)

EDITOR REYNA